Penciptaan Manusia Pertama Menurut Alquran
november 18, 2012
Pendahuluan
“Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada
keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (yaitu) mereka
yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al Baqarah (2) : 2-3)
Ayat di atas jelas menerangkan pada
kita bahwa Alquran tidak ada yang bisa diragukan lagi. Segala yang ada
di dalam Alquran adalah sudah pasti benar. Kebenaran Alquran ini telah
banyak terbukti oleh ilmu pengetahuan manapun. Bahkan banyak persoalan
pada suatu ilmu pengetahuan yang baru terpecahkan dari Alquran. Tidak
hanya ilmuwan muslim yang mengeksplor Alquran dan menjadikannya rujukan
ilmu pengetahuan dan sains, tapi juga ilmuwan-ilmuwan barat yang
mengembangkan teori, hukum, dan fenomena-fenomena alam yang tidak bisa
dipecahkan. Alquran adalah mukjizat terbesar sepanjang masa, karena
manfaatnya akan dirasakan oleh semua manusia sampai akhir jaman.
Alquran diturunkan kepada seorang Rasul
yang buta huruf dan pada negeri yang cukup tertinggal dari ilmu
pengetahuan. Tidak masuk akal jika menyebutkan bahwa Alquran adalah
buatan Muhammad. Hal ini dikarenakan kandungan Alquran yang luar biasa
banyak yang menjelaskan ilmu pengetahuan dan sains yang baru terungkap
oleh alat-alat canggih jaman sekarang.
Salah satu yang Alquran jelaskan adalah
mengenai teori penciptaan manusia. Bagaimana ketika manusia pertama
diciptakan dan bagaimana mekanisme terbaik pembentukan jasad manusia di
rahim ibunya, pembentukan ovum, sperma, dan lain sebagainya telah
dijelaskan secara rinci dan detail. Pembentukan manusia ini baru
terbukti oleh sains pada akhir-akhir abad ini oleh teknologi mutakhir.
Maka tidak ada yang bisa diragukan dari
Alquran, termasuk mengenai teori penciptaan manusia pertama yaitu Adam
adalah tidak melalui proses evolusi seperti yang dilontarkan oleh
Darwin. Alquran bukan yang harus dibuktikan oleh sains dan teknologi,
tapi sains dan teknologi lah yang harus dibuktikan oleh Alquran, karena
Alquran sudah pasti benar.
Prapenciptaan
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya
Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Albaqarah: 30)
Malaikat adalah makhluk Allah yang
paling patuh terhadap segala perintahNya. Sebelum manusia pertama atau
Adam diciptakan, malaikat sudah diciptakan terlebih dahulu. Suatu
ketika saat Allah memberikan pengumuman berupa rencana akan menciptakan
suatu makhluk yang akan menjadi khalifah di muka bumi. Namun, makhluk
yang dipilih Allah itu adalah manusia. Mengetahui hal ini malaikat
sedikit “protes” pada Allah. Kita harus ingat bahwa malaikat itu
makhluk yang paling taat dan patuh pada segala perintah dan
keputusanNya. Akan tetapi satu hal ini yang membuat malaikat “angkat
bicara” kepada Allah berkenaan dengan akan adanya penciptaan manusia
ini.
Seperti yang dijelaskan oleh ayat di
atas, malaikat tahu bahwa manusia yang akan diciptakan Allah tersebut
akan membuat kerusakan di muka bumi. Padahal Allah menciptakan manusia
dengan tujuan menjadi khalifah di muka bumi.
Allah pun menjawab “protes” para malaikat dengan kalimat “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”
disini kita bisa melihat bahwa Allah lah sang perencana segalanya,
Allah lah sang maha pencipta yang paling mengetahui ciptaannya. Ada
sesuatu dibalik skenario yang dibuat Allah. Pasti ada sejuta hikmah dari
jawaban Allah tersebut.
Ayat ini juga mengingatkan pada manusia bahwa tujuan awal kita diciptakan oleh Allah adalah untuk menjadi khalifah di muka bumi.
a) Proses Kejadian Manusia Pertama (Adam)
Di dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa
Adam diciptakan oleh Allah dari tanah yang kering kemudian dibentuk
oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Setelah sempurna maka
oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi hidup. Hal ini
ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya :
“Yang membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah”. (QS. As Sajdah (32) : 7)
“Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari
lumpur hitam yang diberi bentuk”. (QS. Al Hijr (15) : 26)
Disamping itu Allah juga menjelaskan secara rinci tentang penciptaan manusia pertama itu dalah surat Al Hijr ayat 28 dan 29 .
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu
berfirman kepada para malaikat : Sesungguhnya Aku akan menciptakan
seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam
yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya,
dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-ku, maka tunduklah kamu
kepadanya dengan bersujud” (QS. Al Hijr (15) : 28-29)
Di dalam sebuah Hadits Rasulullah saw bersabda :
“Sesunguhnya manusia itu berasal dari Adam dan Adam itu (diciptakan) dari tanah”. (HR. Bukhari)
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam
nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada
para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda
itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!” (Albaqarah:31)
“Mereka menjawab: “Maha Suci
Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau
ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana .” (Albaqarah:32)
“Allah berfirman: “Hai Adam,
beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.” Maka setelah
diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman:
“Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui
rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa
yang kamu sembunyikan ?” (Albaqarah:33)
“Dialah Yang menciptakan kamu dari
tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu
ajal yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya),
kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu).” (Alanam:2)
b) Proses Kejadian Manusia Kedua (Siti Hawa)
Pada dasarnya segala sesuatu yang
diciptakan oleh Allah di dunia ini selalu dalam keadaan
berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan manusia, Allah berkehendak
menciptakan lawan jenisnya untuk dijadikan kawan hidup (isteri). Hal
ini dijelaskan oleh Allah dalam salah satu firman-Nya :
“Maha Suci Tuhan yang telah
menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan
oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka
ketahui” (QS. Yaasiin (36) : 36)
Adapun proses kejadian manusia kedua ini oleh Allah dijelaskan di dalam surat An Nisaa’ ayat 1 yaitu :
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah
kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari
padanya Allah menciptakan isterinya, dan daripada keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang sangat banyak…” (QS.
An Nisaa’ (4) : 1)
Di dalam salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dijelaskan :
“Maka sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk Adam” (HR. Bukhari-Muslim)
Apabila kita amati proses kejadian
manusia kedua ini, maka secara tak langsung hubungan manusia laki-laki
dan perempuan melalui perkawinan adalah usaha untuk menyatukan kembali
tulang rusuk yang telah dipisahkan dari tempat semula dalam bentuk yang
lain. Dengan perkawinan itu maka akan lahirlah keturunan yang akan
meneruskan generasinya.
c) Proses Kejadian Manusia Ketiga (semua keturunan Adam dan Hawa)
Kejadian manusia ketiga adalah kejadian
semua keturunan Adam dan Hawa kecuali Nabi Isa a.s. Dalam proses ini
disamping dapat ditinjau menurut Al Qur’an dan Al Hadits dapat pula
ditinjau secara medis.
Di dalam Al Qur’an proses kejadian manusia secara biologis dejelaskan secara terperinci melalui firman-Nya :
“Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia itu dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal
darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang
itu Kami bungkus dengan daging. Kamudian Kami jadikan ia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling Baik.”
(QS. Al Mu’minuun (23) : 12-14).
Kemudian dalam salah satu hadits Rasulullah SAW bersabda :
“Telah bersabda Rasulullah SAW dan
dialah yang benar dan dibenarkan. Sesungguhnya seorang diantara kamu
dikumpulkannya pembentukannya (kejadiannya) dalam rahim ibunya (embrio)
selama empat puluh hari. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari)
dijadikan segumpal darah. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari)
dijadikan sepotong daging. Kemudian diutuslah beberapa malaikat untuk
meniupkan ruh kepadanya (untuk menuliskan/menetapkan) empat kalimat
(macam) : rezekinya, ajal (umurnya), amalnya, dan buruk baik
(nasibnya).” (HR. Bukhari-Muslim)
Selanjutnya yang dimaksud di dalam Al
Qur’an dengan “saripati berasal dari tanah” sebagai substansi dasar
kehidupan manusia adalah protein, sari-sari makanan yang kita makan
yang semua berasal dan hidup dari tanah. Yang kemudian melalui proses
metabolisme yang ada di dalam tubuh diantaranya menghasilkan hormon
(sperma), kemudian hasil dari pernikahan (hubungan seksual), maka
terjadilah pembauran antara sperma (lelaki) dan ovum (sel telur wanita)
di dalam rahim. Kemudian berproses hingga mewujudkan bentuk manusia
yang sempurna (seperti dijelaskan dalam ayat diatas).
“ Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari air mani yang bercampur” (QS. Addahr: 2)
“Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.” (QS 96. Al-’Alaq: 2)
Selanjutnya, fase segumpal darah
(`alaqah) berlanjut terus dari hari ke-15 sampi hari ke-24 atau ke-25
setelah sempurnanya proses pembuahan. Meskipun begitu kecil, namun para
ahli embriologi mengamati proses membanyaknya sel-sel yang begitu
cepat dan aktivitasnya dalam membentuk organ-organ tubuh. Mulailah
tampak pertumbuhan syaraf dalam pada ujung tubuh bagian belakang
embrio, terbentuk (sedikit-demi sedikit ) kepingan-kepingan benih,
menjelasnya lipatan kepala; sebagai persiapan perpindahan fase ini
(`alaqah kepada fase berikutnya yaitu mudhgah (mulbry stage)).Mulbry
stage adalah kata dari bahasa Latin yang artinya embrio (janin) yang
berwarna murberi (merah tua keungu-unguan). Karena bentuknya pada fase
ini menyerupai biji murberi, karena terdapat berbagai
penampakan-penampakan dan lubang-lubang (rongga-rongga) di atasnya.
Realitanya, ungkapan Al-Quran lebih
mendalam, karena embrio menyerupai sepotong daging yang dikunyah dengan
gigi, sehingga tampaklah tonjolan-tonjolan dan celah (rongga-rongga)
dari bekas kunyahan tersebut. Inilah deskripsi yang dekat dengan
kebenaran. Lubang-lubang itulah yang nantinya akan menjadi organ-organ
tubuh dan anggota-anggotanya.
Di dalam Al-Quran disebutkan bahwa
embrio terbagi dua; pertama, sempurna (mukhallaqah) dan kedua tidak
sempurna (ghair mukhallaqah). Penafsiran dari ayat tersebut adalah:
Secara ilmiah, embrio dalam fase perkembangannya seperti tidak sempurna
dalam susunan organ tubuhnya. Sebagian organ (seperti kepala) tampak
lebih besar dari tubuhnya dibandingkan dengan organ tubuh yang lain.
Lebih penting dari itu, sebagian anggota tubuh embrio tercipta lebih
dulu dari yang lainnya, bahkan bagian lain belum terbentuk. Contoh,
kepala. Ia terbentuk sebelum sebelum bagian tubuh ujung belum
terbentuk, seperti kedua lengan dan kaki. Setelah itu, secara perlahan
mulai tampaklah lengan dan kaki tersebut. Tidak diragukan lagi, ini
adalah I’jâz `ilmiy (mukjizat sains) yang terdapat di dalam Al-Quran.
Karena menurut Dr. Ahmad Syauqiy al-Fanjary, kata `alaqah tidak
digunakan kecuali di dalam Al-Quran.
“Yang membuat segala sesuatu yang
Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari
tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang
hina. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh
(ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (Assajdah:7-9)”
“Dan orang-oranng yang beriman, dan
yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan
anak cucu mereka dengan mereka , dan Kami tiada mengurangi sedikitpun
dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang
dikerjakannya. (Athuur:21)”
Interpretasi
Para ahli dari barat baru menemukan
masalah pertumbuhan embrio secara bertahap pada tahun 1940 dan baru
dibuktikan pada tahun 1955, tetapi dalam Al Qur’an dan Hadits yang
diturunkan 15 abad lalu hal ini sudah tercantum. Ini sangat mengagumkan
bagi salah seorang embriolog terkemuka dari Amerika yaitu Prof. Dr.
Keith Moore, beliau mengatakan : “Saya takjub pada keakuratan ilmiah pernyataan Al Qur’an yang diturunkan pada abad ke-7 M itu”. Selain iti beliau juga mengatakan, “Dari ungkapan Al Qur’an dan hadits banyak mengilhami para scientist
(ilmuwan) sekarang untuk mengetahui perkembangan hidup manusia yang
diawali dengan sel tunggal (zygote) yang terbentuk ketika ovum (sel
kelamin betina) dibuahi oleh sperma (sel kelamin jantan). Kesemuanya itu
belum diketahui oleh Spalanzani sampai dengan eksperimennya pada abad
ke-18, demikian pula ide tentang perkembangan yang dihasilkan dari
perencanaan genetik dari kromosom zygote belum ditemukan sampai akhir
abad ke-19. Tetapi jauh ebelumnya Al Qur’an telah menegaskan dari nutfah
Dia (Allah) menciptakannya dan kemudian (hadits menjelaskan bahwa
Allah) menentukan sifat-sifat dan nasibnya.”
Sebagai bukti yang konkrit di dalam
penelitian ilmu genetika (janin) bahwa selama embrio berada di dalam
kandungan ada tiga selubung yang menutupinya yaitu dinding abdomen
(perut) ibu, dinding uterus (rahim), dan lapisan tipis amichirionic
(kegelapan di dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam
selaput yang menutup/membungkus anak dalam rahim). Hal ini ternyata
sangat cocok dengan apa yang dijelaskan oleh Allah di dalam Al Qur’an :
“…Dia menjadikan kamu dalam perut
ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan (kegelapan dalam
perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup
anak dalam rahim)…” (QS. Az Zumar (39) : 6).
Inilah teori penciptaan dalam Islam.
Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia mengendalikan alam semesta
menurut kehendak-Nya sesuai fungsi dan peran yang spesifik.
Awal penciptaan dituturkan di dalam
al-Qur’an seara logis dan tegas, dengan menyatakan banyak fakta dalam
penciptaan. Namun, seseorang yang membandingkan penjelasan tentang awal
penciptaan seperti yang disebutkan dalam al-Qur’an dan seperti yang
disebutkan dalam Kitab Kejadian itu akan dengan mudah menyimpulkan
bahwa kedua buku memiliki sumber yang sama namun al-Qur’an
menjelaskannya secara logis dan ilmiah.
Dari al-Mu’minun: 12-16, dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Adam diciptakan dari tanah liat secara langsung, atau secara tidak langsung dari bahan dasar lumpur. Sebelum berubah menjadi manusia, Adam menerima hembusan ruh dari Allah nafas yang memberinya kemampuan kemampuan untuk belajar dan potensi untuk mengenali.
- Hawa diciptakan dari sel atau tulang Adam. Penciptaan tersebut memberi penjelasan yang masuk akal mengenai kesamaan antara peta genetik dan jumlah chromosom pada kedua Adam dan Hawa.
Dalam teori penciptaan dalam Islam,
Allah menentukan peran bagi Hawa, seorang perempuan diciptakan dari
laki-laki, yang ditugaskan di Al-Qur’an dengan ayat-ayat berikut:
“Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berpikir.” (ar-Rum: 21)
Allah juga berfirman, ‘Allah menjadikan
bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu
dari istri-istri kamu itu, anak anak dan cucu-cucu, dan memberimu
rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang
batil dan mengingkari nikmat Allah?’ [an-Nahl: 72]
Menurut ayat-ayat ini, teori penciptaan menurut Islam itu mencakup hal-hal berikut:
- Allah menganugerahi Adam isteri dengan sifat-sifat tertentu untuk tujuan kasih sayang dan rahmat.
- Allah memberi Hawa fitur reproduksi untuk memberikan anak laki-laki dan perempuan.
- Sesuai kehendak Allah, Adam dan Hawa merupakan bagian dari bangunan masyarakat yang lengkap, yang terdiri dari orang tua, anak, cucu, dan seterusnya.
- Allah menentukan desain fitur-fitur manusia dalam air sperma yang dipancarkan manusia dengan DNA yang spesifik, peta genetika atau jumlah chromosom bersama antara pasangan perkawinan, laki-laki dan perempuan.
- Allah menjaga sumber kelangsungan kehidupan makhluk-Nya. Karena itu, Allah mengatur kerajaan tumbuhan sebagai makhluk otonom yang menyediakan makanan yang diperlukan untuk kerajaan manusia.
- Dia mengatur siklus untuk menghasilkan air tawar untuk minuman manusia dan pengairan tanaman yang mereka makan.
- Allah mengelola pasokan energi untuk makhluk-Nya demgam proses fotosintesis yang ajaib, yang mdnyimpan energi dari matahari menjadi buah yang dapat dimakan.
Sebagaimana teori evolusi nihil logika
kehidupan evolusi, Biogenesis juga gagal dalam mengasumsi awal mula
kehidupan dalam zat kimia dengan regenerasi imajiner spontan. Dalam
al-Qur’an, Allah menyatakan bahwa Dia adalah Pencipta kehidupan dan
kematian.
Teori Penciptaan dalam Islam mengenai
peran Pencipta sebagai Pencipta unsur kehidupan. Unsur seperti itu
tidak diketahui sampai sekarang oleh manusia. Teori Darwin tidak mampu
menjelaskan mengenai ruh. Tanpa ruh, sebuah jasad yang ada tidak akan
berfungsi, tidak akan hidup. Ruh masih menjadi misteri dalam sains dan
teknologi. Hanya Allah yang tahu, bahkan di Alquran pun dikatakan bahwa
Allah lah yang memegang kunci rahasia alam ruh. Jiwa ditiupkan ke
dalam Adam dan juga ditiupkan ke dalam setiap manusia. Hal ini menjadi
rahasia Allah semata, tidak seorang pun bisa mendefinisikannya.
“Dan mereka bertanya kepadamu
tentang roh. Katakanlah, ‘Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan
tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (al-Isra’: 85)
Allah dalam teori Penciptaan dalam
Islam tidak hanya membuat badan kita hidup, tetapi ia juga membentuk
rupa kita agar terlihat seperti rupa manusia. Allah memiliki nama lain
dalam Al-Qur’an selain al-Khaliq (Pencipta), yaitu al-Mushawwir (Yang
membentuk rupa).
“Dia-lah Allah Yang Menciptakan,
Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang
Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi.
Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (al-Hasyr: 24)
Dari penjelasan singkat di atas dapat
ditarik sebuah konklusi bahwa Al-Quran bukan hanya sebagai kitab suci
yang membacanya merupakan ibadah, namun ia juga merupakan sebuah kitab
yang banyak mengandung tanda-tanda ilmiah. Hal ini semakin membuktikan
bahwa Al-Quran itu benar-benar wahyu dari Allah, bukan buatan Muhammad
SAW.sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar